Setelah aku putuskan untuk
menghemat peluru. Aku mulai enjoy di dalam masalah, entah sudah berapa zombie
yang berhasil aku bunuh,. Dan masih mengharapkan perangkap lalat yang aku
pasang itu mendapatkan hasil. Namun jika aku sudah mendapatkan lalat bervirus
itu,. Bukan berarti masalah ini selesai,. Karena zombie – zombie itu masih bisa
menginfeksi orang normal di kampung dekat sekolah.
Waktu sudah menunjukkan pukul
3:00 sore. Dan kami pun memeriksa perangkap lalat yang kupasang tadi. Perangkap pertama yang terdapat
didepan kantor guru hasilnya nihil. Karena kami dari tadi di tempat ini
menembaki zombie – zombie yang terus muncul. Lalu perangkap kedua yang ada di
lantai satu yang kami pasasng di dalam Lab. Pemasaran berhasil menangkap
beberapa lalat. Namun, lalat yang kami cari tidak terperangkap di perangkap
ini. Kami sangat berharap pada perangkap ke 3 yang kami pasang. Dan di
perangkap nomor 3 yang kami pasang di dekat gerbang tengah dan kuberi alat
pemanggil serangga membuahkan hasil,. Harapan kami pun terkabul. Di perangkap
ini cukup banyak lalat yang terperangkap dan ada satu lalat yang cocok dengan
ciri – ciri. Yaitu pada bagian belakangnya berwarna putih,.
“Yea,,!! Akhirnya ketangkap juga
kau!!” teriakku senang. Zaki melihat – lihat lalat yang terjebak “yang mana sih
lalatnya?”,. lalu ku tunjukkan lalat nya ke zaki “ini lo,. Yang bagian
belakangnya berwarna putih”,. Lalu zaki menjawab “ooo, yang ini” sambil
menunjuk lalat bervirus itu, “lalu mau kita apakan lalat ini?” tanya zaki. Aku
pun mengeluarkan botol bekas vitamin yang berbentuk tabung,. “kita masukkan
lalat itu kesini, namun jangan sampai terkena tangan, kita belun tau efeknya”
kataku. “oh begitu ya,. Lalu mau diapakan jim?” tanya zaki lagi. Lantas ku
jawab “ akan aku kirim lalat ini ke tempat profesor Bramantyo, supaya aman dan
untuk penelitian lebih lanjut zak”
Target pertama sudah kami dapatkan, namun bukan
berart masalah ini selesai,. Masih ada tugas besar untuk kami,. Yaitu
memberantas zombi – zombie yang ada di sekolah ini. Setelah mendapatkan target
pertama itu, kami langsung pulang dan aku mengirimkan lalat itu ke prof.
Bramantyo,. Sewaktu aku meminta alamat Profesor,. Dia memberiku sebuah alamat
dan langsung saja ku kirimkan lalat itu melalui jasa pengiriman paket,. Dari
botol sekecil tempat vitamin itu aku masukkan ke toples plastik besar dan aku
tambah batu supaya terkesan berat,. Ya seperti itulah saran dari Profesor. Lalu
alamat yang aku dapatkan dari Profesor itu aku cari di Google Maps,. Dan
ternyata alamat itu adalah alamat sebuah hotel di Yogyakarta. Mungkin ini salah
satu trik dari Profesor agar aku tidak dapat mengetahui dimana Laboratorium
rahasia itu berada.
Keesokan harinya. Aku dan Zaki
kembali ke sekolah,. Dan aku pun menceritakan kepada Zaki semua informasi yang
aku dapatkan kemarin. Lalu setelah Zaki paham, dia langsung bicara “AYO
BERBURU..”. “ehh, bentar dulu zak, kau sadar tidak? Sudah banyak zombie yang
kita bunuh,. Tapi masih ada aja zombie yang berkeliaran?” kataku. Zaki menjawab
“hmm, iya juga ya,,? Kau tau penyebabnya?”. “jadi Javanis Zombie ini takut sama
sinar matahari. Nah, mereka tu keluar dari area sekolah ini pada malam hari dan
menginfeksi warga di sekitar kampung ini.” Jelasku. Zaki pun bertanya lagi
“Tapi anehnya, mengapa zombie - zombie itu tetap mendiami sekolah kita? Bukan
di tempat lain?”.”hmm,. kalau itu aku tidak tau zak” jawabku, karena aku memang
belum tau.
Dengan sudah tertangkapnya lalat
bervirus itu,. Kami semakin semangat memberantas semua zombie yang ada. Karena
pagi ini Profesor tidak mengirimi aku amunisi terutama untuk senjata jenis
assault,. Aku hanya menggunakan pistol revolver jenis Phyton,. Aku tau pistol
ini hanya berisi enam peluru,. Namun demage nya cukup besar. Manusia normal
yang terkena satu tembakan dari pistol ini di badannya aja langsung bisa mati.
Namun untuk zombie,. Mungkin membutuhkan peluru lebih dari satu. Dengan enam
peluru itu aku berhasil membunuh dua zombie yang menghadangku di depan kelas 10
Multimedia 2. Setelah zombie itu tergeletak, ku pikir dia sudah mati. Dan tanpa
ku sadari dia ternyata masih hidup dan mencakar kaki ku. Aku berteriak
“AAARRGGHH.,.!!!” rasanya sangat sakit,. Seperti di sayat menggunakan pisau
tertajam yang dibakar. Zaki melihat aku di cakar zombie, dengan cepat dia
langsung menembak zombie itu hingga benar – benar mati. Lalu Zaki menyeretku di
depan ruang guru dimana cahaya matahari sudah sangat cerah menyinari tempat
itu.
“Jim..! apa yang harus aku
lakukan?” tanya Zaki panik. “Ambil suntikan vaksin di dalam tas ku,. Bentuknya
yang mirip pistol air.” Jawabku. Zaki mengeluarkan suntikan yang ku maksud dan
berkata “yang ini bukan jim?”,. dengan nada lemas ku jawab “Iya,,”. Zaki pun
langsung menyuntikan vaksin itu ke bagian lenganku. Sontak nafasku ter engah – engah,
jantungku berdebar keras. Lalu pandanganku jadi kabur dan akhirnya aku pingsan
tak sadarkan diri. Sekitar pukul 4:00 sore aku baru siuman. Dan yang pertama
aku lihat adalah Zaki yang berada di sampingku.
“Zak..” kataku,. Zaki tidak
menodongkan senjata kepadaku,. Aku tak tau apa yang dipikirkannya,. Tetapi dia
malah bertanya kepadaku “oh, kau sudah sadar jim., apa kamu sekarang adalah
zombie?”. “jangan ngaco, zombie tidak bisa bicara zak,. Kau harus tau itu”
jawabku. “heh jim, lihatlah.,, lukamu sudah sembuh,!” kata Zaki. Lalu ku lihat
lukaku dan lukaku benar benar langsung sembuh. “wow, vaksi itu bekerja
sempurna,. Namun sayangnya vaksin itu hanya bisa bekerja untuk orang yang baru
terinfeksi virus saja. Juga efeknya akan berbeda dg golongan darah yang lain.”
Jelasku. “beruntung sekali kamu jim, by the way apa golongan daramu?” tanya
Zaki,. “golongan darahku A zak,.” Jawabku singkat. “berarti vaksin ini sangat
efektif untuk orang bergolongan darah A”
jelas Zaki.
Untung saja vaksin itu bekerja
dengan baik di tubuhku. Jika tidak, aku tak tau akan jadi zombie macam apa aku
nanti,. Lagipula, menjadi salah satu zombie yang bermarkas di sekolah itu
bukanlah yang aku inginkan,. Siapa juga yang mau menjadi zombie? Bergerak di
bawah kesadaran, memakan otak manusia ataupun hewan? Menjijikkan.
Karena hari ini sudah sore, aku
pun pulang,. Walaupun di tengah perjalanan aku sempat terjatuh beberapa kali,
aku tidak mau pingsan di perjalanan, apalagi di malam hari,. Karena para zombie
akan keluar dari persembunyian mereka pada malam hari dan mereka akan mencari
otak untuk perkembangbiakan virus tersebut dengan cara menginfeksi ke manusia
normal. Jika mereka berhasil menginfeksi manusia normal, maka dalam waktu 15
menit manusia itu sudah positif menjadi zombie.
Untungnya, aku sampai dirumah
dengan selamat. Dan aku lekas mengecek inbox emailku,. Profesor Bramantyo
mengirim satu pesan kepadaku, isinya informasi bahwa lalat bervirus itu sudah
di isolasi di sebuah Laboratorium yang lokasinya dirahasiakan. Yang jelas, Lab
itu masih di kawasan kota Yogyakarta. Dia pun juga berkata bahwa beliau dan
para ilmuwan lainnya akan berusaha membuat vaksin untuk orang yang sudah
menjadi zombie.
Namun, aku berfikir lain.
Sepertinya bagi orang yang sudah terlanjur menjadi zombie sudah tidak bisa
tertolong lagi. Mekanisme virus yang telah mencapai otak itu jika mendapat
perlawanan ari vaksin yang sudah sempurna pun virus itu malah akan menggerogoti
otak si zombie itu. Dan kalau otak sudah digrogoti sampai habis, otomatis
zombie itu akan mati dan tidak bisa di sembuhkan. Zombie tetaplah zombie,
manusia yang bergerak di luar
keinginannya karena otaknya sudah dikendalikan virus – virus yang terus
berkembang biak dan mencari otak lain untuk di inveksi. Entah itu manusia atau
hewan, virus ini tetap akan masuk ke bagian otak ke bagian otak dan akan
merubahmu menjadi zombie dalam 15 menit.
Hari mulai berganti, dan semenjak
aku terkena cakaran zombie kemarin, dan kemarin badanku juga sangat lemas. Hari
ini aku tambah lemas., bukan karena aku kurang tidur atau apa,. Tetapi kepalaku
terasa sangat sakit dan suhu badanku juga sangat panas. Aku bertanya kepada
prof. Bramantyo, kata beliau,. Ini adalah salah satu efek dari vaksin yang
disuntikkan ke badanku kemarin. Profesor berkata kalau vaksin yang disuntikkan
itu berisi virus baik yang akan melawan virus dari zombe dan juga mencegah
virus dari zombie agar tidak bisa menuju otak,. Itulah sebabnya kepalaku terasa
sakit.
Karena aku tidak bisa ke sekola
hari ini,. Maka Zaki nekat untuk datang ke sekolah sendirian. Padahal hari ini
Prof. Bramantyo mengirimkan amunisi ke rumahku. Itu berarti Zaki ke sekolah
hanya dengan membawa senjata dan amunisi sisa hari kemarin. Aku khawatir jika
dia kehabisan amunisi atau dia terinveksi menjadi zombie. Di sekolah, Zaki
mulai menyisir lewat kamar mandi belakang sekolah,. Tempatnya yang seperti
lorong, lembab, bau, dan agak gelap karena cahaya matahari yang masuk jumlahnya
sedikit. Area itu sebenarnya sudah aku tandai sebagai area berbahaya selain
area perpustakaan.
Bersambung…..
0 komentar:
Posting Komentar