Aku memikirkan apa yang harus aku lakukan sambil duduk di
depan ruangan bekas Unit Produksi. Aku bingung, tidak tau harus berbuat apa.
Lalu terlihat Zaki menuruni tangga dan berjalan ke arah kami. “Hey, gimana nih?
Kamu berhasil membunuh berapa zombie jim?” tanya Zaki sambil sedikit tersenyum.
Ku jawab “Ahh, aku bingung zak,. Ada satu masalah lagi nih” lalu aku bukakan
sms yang ku terima tadi agar dibaca oleh Zaki.
“Jadi
maksudnya, ada satu lalat bervirus lagi di sekitar sekolah ini yang siap
menyebar virus?” tanya Zaki terkejut. “Ya, begitulah zak,” jawabku dengan nada
yang sudah tak bersemangat. Kami pun terdiam beberapa saat. Lalu Sarah
mengambil tas ku dan melihat-lihat isi tas ku, tanpa ia ketahui dia mengambil
alat pemancar gelombang tinggi. Lau dia menekan tombol selama beberapa detik.
“SAR..!! JANGAN DI TEKAN...!!!” teriak ku. Sarah pun langsung melepaskan alat
itu dengan raut muka kaget dan bingung. “Hah..! maaf jim, emangnya kenapa?”
tanya Sarah.
Sebelum
menjawab pertanyaan Sarah, aku segera menyiapkan senjataku, begitu juga Zaki,
dia langsung mengambil beberapa magazine dari tas ku. Lalu ku lihat ada dua
zombie yang kemungkinan keluar dari kamar mandi tengah. Dengan cepat aku bidik
dan ku lepaskan tembakan ke arah zombie – zombie itu. Zombie – zombie saat itu
terus berdatangan dari dalam ruang unit produksi terdengar suara zombie, dengan
cepat aku geser sofa yang tadi aku gunakan untuk duduk untuk menghalangi pintu
unit produksi, kami hampir kualahan hingga waktu sudah menunjukkan pukul 12:00
siang. Amunisi yang aku bawa hampir habis. Dan kami pun memutuskan untuk lari
ke belakang sekolah,. Untung saja kami bisa lolos, dari zombie – zombie tadi.
Sampai di belakang sekolah, lalu aku duduk lagi,. “ada apa denganmu jim?” tanya
Zaki heran. “Apa sebaiknya kita menyerah aja ya zak?” tanyaku balik. Zaki
dengan cepat menjawab “Apa maksudmu? Menyerah? Lalu, usaha kita selama ini sia
– sia gitu?”. Mendengar jawaban Zaki, aku terdiam dan memikirkan lagi apa yang
sudah aku katakan tadi, “Jangan cuma karena lalat itu kau jadi putus asa
seperti ini jim..!!” imbuh Zaki.
“Bener
tuh kata Zaki, kita harus tetap berjuang jim.! Berkat ini, aku juga jadi tambah
berani. Ayo Jimmy semangat dong...” support Sarah. Zaki dan Sarah terus mencoba
menyemangatiku, namun diriku ini masih saja belum yakin. Aku sudah putus asa.,
tapi kata Zaki benar, kalau aku menyerah sekarang, maka usahaku selama ini akan
sia – sia saja.
Karena
pada waktu itu sudah sekitar pukul 15:00,, aku memilih pulang dan memikirkan
apa yang harus aku lakukan. Sewaktu dirumah, aku coba nyalakan laptopku dan
memasang modem,. Ku lihat ada sinyal, tanpa buang waktu aku manfaatkan
kesempatan ini untuk menghubungi Proff. Bramantyo lewat email. Aku bertanya
bagaimana cara termudah untuk membunuh zombie – zombie itu. Lalu professor
berkata, aku harus mengumpulkan zombie di suatu tempat dan usahakan aku berada
di tempat yang aman, sehingga aku bisa membunuh zombie – zombie yang ada.
Aku
terus memikirkan apa yang sebaiknya aku lakukan, lalu aku tertidur sampai pagi.
Esoknya, aku sudah berada di sekolah kurang lebih pukul 7 pagi. Aku memanjat
dinding pagar sekolah agar bisa melihat keadaan sekitar dengan lebih leluasa.
Tak lebih dari 10 menit aku menunggu, Sarah datang dengan membawa sepucuk
pistol di tangannya, dan kapak yang dia gantungkan di punggungnya, “gimana jim
perkembangannya?” tanya Sarah,. Baru aku
mau menjelaskan satu info, Zaki datang dengan sepeda motor, Zaki pun langsung
menghampiri kami, dan dia nampak belum berbicara sedikitpun,. “oke, gini guys,.
Kita pilih satu ruangan di sekolah yang pas untuk memancing zombie – zombie
dengan frekuensi tinggi menggnakan leptop yang dihubungkan dengan menara
sekolah kita, kulihat menara sekolah lumayan tinggi, dan disana juga ada antena
pemancar wifi yang bisa kita manfaatkan., nanti jika zombie sudah pada dateng,
tanpa belas kasih kita langsung bunuh mereka aja gimana?” jelasku. “beeh, tak
tik mu frontal banget jim, tapi ya ga ada salahnya sih nyoba” sahut Sarah.
“nah, menurutku itu efektif jim, tapi kita pilih ruangan yang mana?” imbuh
Zaki.
“Mending
kita survey dulu aja yok” kataku sambil berjalan masuk ke area sekolah. Aku
ingin menggunakan ruangan yang ada di lantai satu, karena aku pikir di lantai
satu adalah yang area yang paling strategis. Setelah melihat keadaan sekitar,
lalu akhirnya kami memilih kelas 10 TKJ untuk menjadi tempat perangkap. Kami
menyusun beberapa meja di pojok ruang untuk tempat kami berdiri nantinya.
“persiapkaan semuanya guys!!” seruku. Kulihat Sarah dan Zaki mempersiapkan
senjata masing – masing. “kami sudah siap!” sahut Zaki. Lalu aku tekan tombol
on pada alat pemancar gelombang selama kurang lebih 10 detik. Jantungku
berdebar, karena aku tidak tau apakah zombie – zombie di perpustakaan itu bakal
kesini semua.
Setelah
ku lepas jempolku dari saklar push-on di transmitterku, aku mendengar banyak
teriakan yang bersahut – sahutan, pupil mataku terasa membesar karena sangat
fokus membidik tepat di tengah – tengah pintu kelas. Karena pada waktu itu kira
– kira pukul 09:00 pagi, dan cuaca belum begitu terik. Satu – persatu zombie
muncul dan masuk ke ruangan, tanpa lama – lama langsung zombie itu mati
tersungkur karena kami tembaki, namun benar saja dugaanku,. Zombie yang datang
semakin banyak, semakin lama zombie –
zombie itu semakin memenuhi ruangan, kami tetap berusaha untuk membunuh zombie
– zombie itu, atau kami yang akan mati dan menjadi zombie.
“Buset,!
Banyak banget..!!” teriak Zaki sambil terus menembaki zombie di depannya.
“Tetap fokus,,!! Usahakan tempak di kepalanya..!!” teriaakku. Zombie – zombie
itu sudah berada di depan meja tempat kami berdiri. Kulihat ada zombie yang
hendak menarik kaki Sarah,. “Sarah..!! di bawahmu..!!” teriakku,. Sarah
langsung melihat tepaat dibawahnya dan tanpa ragu lagi dia menembak zombie
dibawahnya tepat di otaknya, kalau begini, sulit sekali dan tidak efisien,
karena bisa jadi kami membidik zombie yang sama. Lalu aku segera memberi
komando kepada Sarah dan Zaki. “Sarah! Kamu tembak zombie yang paling dekat dengan kita,! Zaki! Kau tembak zombie zombie di
bagian kiri,!”,,. Dan aku sendiri menembaki zombie di bagian kanan.
Hanya
suara kami dan suara aungan zombie yang kami dengar saat ini,. Sudah banyak
zombie yang tersungkur tak bernyawa , namun masih saja ada zombie yang datang
ke ruangan ini. Kami hampir terpojok saat ini, perangkap yang kami buat seakan
– akan memerangkap diri kami sendiri. Di saat itu, aku mendengar aungan zombie
yang sangat keras. Sangat berbeda dengan suara zombie – zombie yang lain. “Argh..!!!
itu suara apa? Mengerikan ! “ teriakku, “mungkin itu suara raja zombie jim”
jawab Sarah. “Hah? Raja Zombie? Jangan ngaco kamu sar!” Sahut Zaki. Aku pun
berkata “ Itu mungkin saja terjadi, mungkin dia selama ini diam didalam perpus,
namun apapun yang terjadi. Jangan sampai zombie yang teriak tadi datang ke
ruangan ini!”
Sudah
kira – kira setengah jam, aku Zaki dan Sarah mencoba bertahan hidup di ruangan
ini. Dan untung saja zombie – zombie itu mati semua. Ada ratusan zombie disini,
seluruh lantai telah di tutupi oleh mayat zombie. “ehh, gimana kita bisa keluar
nih?” tanya Sarah bingung. “itu mudah, tuh ada pintu, keluar aja!” jawab Zaki.
Aku
memulai untuk keluar dari kelas, baru pertama kali ini sih, aku berjalan diatas
zombie,. Seperti berjalan diatas orang yang sedang tidur, tapi kulit luar
mereka seketika melupas ketika terkena injakan sepatu kita,. Setelah diluar
kelas, lantas ku lihat kanan dan kiri dan memberi isyarat kepada kedua temanku
bahwa diluar aman. “oke, sekarang apa yang harus kita lakukan?” tanya Zaki
kepadaku. “Istirahat” jawabku singkat.
Kami
beristirahat di depan ruangan bekas unit produksi, untuk mengantisipasi zombie
keluar dari ruangan ini, aku ssegera melakukan checking. Untung saja ruangan
aman, mungkin saja hampir semua zombie di sekolah ini sudah terbunuh di ruang
kelas 10 TKJ tadi. Lalu karena kami sungguh kelelahan kami segera duduk dan
bersandar dengan pakaian kami yang penuh keringat. “Nih.. minum dulu” himbauku
dengan memberi Sarah dan Zaki minuman botol.
“Jim,
tas kamu isinya apa aja sih? Kok kayaknya berat banget” tanya Zaki penasaran.
“mmm, iya tuh, bagi – bagi beban kek.. jangan ditanggung sendiri” imbuh Sarah.
Lalu aku jawab “ya cuma barang – barang penting aja sih, magazine amunisi,
pistol, pisau, air, makanan,... kamu mau ini?” sambil mengeluarkan makanan
kecil.
Bersambung.....
0 komentar:
Posting Komentar